HISTORIS.id – Suku Bugis, salah satu kelompok etnis besar di Indonesia, memiliki jejak sejarah yang mengesankan dan tradisi yang kaya. Terkenal sebagai pelaut ulung, masyarakat Bugis tidak hanya mendominasi pesisir Sulawesi Selatan, tetapi juga menyebar ke berbagai penjuru dunia. Dalam kisah mereka, terukir perjalanan panjang dari kekacauan kerajaan hingga kejayaan budaya yang melintasi benua.
Asal Usul dan Awal Mula
Bugis adalah salah satu suku yang termasuk dalam kelompok Deutero Melayu. Mereka tiba di Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia, khususnya dari Yunan. Kata “Bugis” berasal dari “To Ugi,” merujuk pada raja pertama mereka, La Sattumpugi. Julukan ini menandakan hubungan erat antara rakyat Bugis dan pemimpin mereka. La Sattumpugi, ayah dari We Cudai dan Batara Lattu, adalah sosok sentral dalam sejarah Bugis dan memiliki keterkaitan dengan karya sastra besar La Galigo, yang memuat kisah epik panjang tentang kehidupan dan petualangan di Sulawesi.
Kerajaan-Kerajaan Klasik
Kerajaan-kerajaan Bugis klasik seperti Luwu, Bone, Wajo, dan Soppeng memainkan peran penting dalam membentuk identitas dan struktur masyarakat Bugis. Misalnya, Kerajaan Bone, yang pernah mengalami kekacauan selama tujuh generasi, akhirnya bersatu di bawah kepemimpinan Manurungnge ri Matajang. Begitu pula, di Soppeng, muncul dua sosok Manurung yang menyatukan wilayah tersebut menjadi satu kerajaan yang kuat.
Namun, pertumbuhan kekuatan ini tidak selalu damai. Konflik antara kerajaan-kerajaan seperti Bone dan Gowa pada abad ke-15 menggambarkan pertarungan sengit untuk dominasi politik dan ekonomi. Kerajaan Bone yang diperluas bertemu dengan Gowa di Bulukumba, sedangkan Soppeng dan Wajo juga memperluas wilayah mereka. Konflik ini mencapai puncaknya ketika Gowa berhasil menaklukkan Bone dan Soppeng, memaksa aliansi kerajaan Bugis seperti “tellumpoccoe” untuk melawan hegemoni Gowa.
Penyebaran Islam dan Kolonialisme
Penyebaran Islam di awal abad ke-17 membawa perubahan besar bagi masyarakat Bugis. Penyebar agama dari Minangkabau seperti Abdul Makmur dan Suleiman memainkan peran penting dalam menyebarkan Islam ke Gowa dan Luwu. Namun, kedatangan kolonialis Belanda pada pertengahan abad ke-17 membawa tantangan baru. Pertarungan sengit dengan VOC dan perlawanan yang dipimpin oleh Arung Palakka mengarah pada Perjanjian Bongaya yang merugikan kerajaan Gowa dan menandai era baru di Sulawesi Selatan.
Pascakolonial dan Modernisasi
Setelah kemerdekaan Indonesia, banyak raja-raja Nusantara sepakat membubarkan kerajaan mereka dan bergabung dalam NKRI. Namun, pada masa Orde Baru, budaya tradisional sering terpinggirkan, menyebabkan generasi muda Bugis kehilangan jati diri mereka. Kini, di era reformasi dan pemekaran, wilayah Sulawesi Selatan mengalami perubahan signifikan dengan pembentukan provinsi baru dan pembagian daerah yang lebih kecil.
Jejak Global dan Perantauan
Kepiawaian orang Bugis dalam pelayaran menyebabkan mereka merantau ke berbagai belahan dunia. Dari Malaysia dan Filipina hingga Afrika Selatan, komunitas Bugis tersebar luas, dengan jejak mereka masih terlihat di tempat-tempat seperti Maccassar di Cape Town. Konflik di tanah kelahiran dan keinginan akan kemerdekaan mendorong migrasi besar-besaran, menciptakan diaspora Bugis yang luas.
Di Kalimantan Selatan, orang Bugis mendirikan pemukiman di Pagatan, sedangkan di Sumatera dan Semenanjung Malaysia, mereka terlibat dalam politik lokal dan masih memiliki keturunan yang memimpin di Johor.
Kehidupan Modern dan Tantangan
Saat ini, orang Bugis terlibat dalam berbagai sektor, dari pertanian dan perikanan hingga perdagangan dan pendidikan. Meskipun modernisasi dan globalisasi membawa tantangan baru, masyarakat Bugis tetap mempertahankan warisan budaya mereka sambil beradaptasi dengan perubahan zaman. Perantauan dan migrasi, meski kadang membawa tantangan, juga menunjukkan ketahanan dan kreativitas masyarakat Bugis dalam menghadapi perubahan.
Dengan sejarah yang panjang dan pengaruh global yang signifikan, suku Bugis tetap menjadi bagian penting dari mosaik budaya Indonesia dan dunia.
Dikutip dari berbagai sumber