HISTORIS.id – Cengkih, biji pala, dan bunga pala merupakan rempah-rempah yang berasal dari pulau-pulau kecil di Indonesia, khususnya dari Kepulauan Maluku. Meskipun berasal dari wilayah terpencil, rempah-rempah ini telah memainkan peran penting dalam sejarah perdagangan dunia.
Di masa lampau, rempah-rempah ini dikenal sebagai obat di India dan Tiongkok, serta menjadi komponen utama dalam masakan Eropa pada Abad Pertengahan. Persaingan untuk menguasai perdagangan rempah membuat negara-negara Eropa bertikai hebat.
Asal-Usul Cengkih dan Pala
Cengkih berasal dari kuncup bunga pohon Syzygium caryophyllata yang tumbuh di lima pulau vulkanik kecil di Maluku: Ternate, Matir, Tidore, Makian, dan Bacan. Sementara itu, biji pala dan bunga pala berasal dari pohon Myristica fragrans yang tumbuh di Pulau Banda, Maluku. Biji pala memiliki warna coklat kemerahan dan dikelilingi oleh aril berwarna merah pekat yang disebut bunga pala.
Penggunaan Cengkih di Masa Lalu
Cengkih telah disebutkan dalam literatur Tiongkok sejak abad ke-3 SM sebagai penyegar nafas dan obat. Di India, cengkih menjadi populer dalam pengobatan tradisional Ayurweda. Di Barat, cengkih pertama kali dideskripsikan oleh Plinius Tua dalam bukunya “Natural History” pada tahun 70 Masehi. Seiring waktu, cengkih digunakan untuk berbagai keperluan, dari obat hingga penyedap makanan.
Perjalanan Biji Pala ke Dunia Luar
Biji dan bunga pala disebutkan dalam tulisan-tulisan Hindu tertua di India, Weda, sekitar tahun 1500-1000 SM. Di Tiongkok, referensi pertama mengenai biji pala muncul pada abad ke-3 dalam “Nanfang Caomu Zhuang” karya Ji Han. Sementara di Barat, biji dan bunga pala mulai dikenal sekitar abad ke-5 atau ke-6 Masehi, dengan referensi pertama yang jelas dalam teks medis Bizantium.
Pengaruh Rempah di Dunia Arab
Orang Arab adalah yang pertama kali menggunakan cengkih dan biji pala secara luas dalam masakan. Rempah-rempah ini sangat dihargai di Timur Tengah karena aroma dan khasiatnya sebagai obat. Herodotus, seorang penulis dan sejarawan Yunani kuno, menulis pada abad ke-5 SM tentang wangi rempah-rempah dari Arabia.
Perdagangan Rempah Antar Pulau
Sebelum menjadi komoditas global, rempah-rempah sudah menjadi bagian penting dari perdagangan antar pulau di Indonesia. Perdagangan ini berpusat pada pohon sagu, yang menjadi sumber makanan utama di pulau-pulau kecil di Maluku dan Banda. Orang-orang Banda menjadi pemimpin dalam perdagangan ini, menggunakan sampan kora-kora untuk menukar sagu dengan rempah-rempah.
Rempah-rempah dari Maluku memang kecil, namun pengaruhnya sangat besar, mengubah dinamika perdagangan dan kuliner dunia.