HISTORIS.id – Calon presiden Amerika Serikat, Donald Trump, ditembak saat kampanye di Butler, Pennsylvania, pada Sabtu waktu setempat. Meski insiden ini menggemparkan, Trump selamat dengan luka ringan di telinganya.
Kejadian dramatis ini terjadi ketika Trump dilarikan keluar panggung oleh tim keamanannya, sementara darah mengalir dari telinga kanannya. Seorang saksi di lokasi mengatakan kepada BBC bahwa ia melihat seorang pria berpakaian kamuflase naik ke atap gedung dengan membawa senapan dan segera memperingatkan polisi.
“Secret Service melihat kami dari atas gudang. Saya menunjuk ke atap itu—dan tiba-tiba, lima tembakan terdengar,” kata saksi tersebut.
Pelaku penembakan akhirnya ditembak mati oleh Secret Service setelah melancarkan serangan.
Robert F Kennedy Jr, kandidat presiden dari kubu independen, merespons insiden tersebut dengan mengajak masyarakat untuk bersatu dan menjauhi kekerasan. “Sekarang adalah waktunya bagi setiap orang Amerika yang mencintai negara kita untuk mundur dari perpecahan, meninggalkan semua kekerasan, dan bersatu dalam doa untuk Presiden Trump dan keluarganya,” ujarnya.
Insiden ini mencoreng citra Amerika Serikat sebagai negara dengan demokrasi yang mapan. Amerika Serikat, yang dikenal dengan sistem dua partainya—Demokrat dan Republik—telah lama menjadi simbol demokrasi sejak pertengahan 1800-an.