HISTORIS.id – Selama beberapa dekade, dinas intelijen Barat tak mengetahui seperti apa wajah bos intel Jerman Timur ini. Sosoknya dijuluki sebagai “the man without a face”. Ia adalah Markus Johannes Wolf, kepala direktorat intelijen luar negeri Stasi.
Selama 34 tahun, Wolf menjalankan dinas rahasia paling efisien, menempatkan mata-matanya di banyak posisi strategis dalam institusi Barat. Saat era Perang Dingin, Jerman Timur dikenal memiliki badan intelijen yang sangat kejam dan efisien, publik mengenalnya dengan nama Stasi, kependekan dari Staatssicherheit. Salah satu direktorat legendarisnya, Hauptverwaltung Aufklärung (HVA), mengurusi aktivitas spionase di luar negeri.
Di bawah kepemimpinan Markus Wolf, HVA berhasil mempenetrasi nyaris semua institusi di Jerman Barat. Wolf, yang dilatih di Uni Soviet, menggabungkan nilai-nilai efisiensi Jerman dengan sistem birokratis Soviet, menjadikan HVA sebagai organisasi intelijen hybrid yang tangguh.
Wolf lahir di keluarga Jerman-Yahudi berpendidikan. Ayahnya seorang dokter dan aktivis komunis, melarikan diri dari Jerman pada 1933 setelah kaum fasis berkuasa. Wolf kecil tumbuh dan mengenyam pendidikan di Moskow, tempat nilai-nilai komunisme ditanamkan padanya.
Usai Perang Dunia II, Wolf kembali ke Jerman dan bekerja sebagai jurnalis meliput pengadilan Nazi di Nuremberg. Setelah itu, ia sempat bekerja di kedutaan Jerman Timur di Moskow sebelum dipanggil untuk bergabung dengan Außenpolitischer Nachrichtendienst (APN), cikal bakal HVA.
Di tahun 1956, APN diubah menjadi HVA. Karir Wolf melesat berkat kedekatannya dengan para petinggi SED seperti Walter Ulbricht, Wilhelm Pieck, dan Anton Ackermann. Dikenal cerdas dan berbicara dengan baik, Wolf memiliki aura yang mampu memikat kawan maupun lawan. Namun, sisi gelapnya sebagai manipulator ulung membuatnya ideal sebagai kepala intelijen.
Salah satu taktik terkenal Wolf adalah “the Romeo method”, merekrut pria-pria tampan untuk mendapatkan informasi dari para korbannya melalui “sexpionage”. Di bawah kepemimpinannya, HVA memanfaatkan keterbukaan masyarakat Barat untuk mempenetrasi setiap sendi kehidupan, terutama di Jerman Barat.
Pribadinya yang serba rahasia membuat Wolf dijuluki “the man without a face”. Identitasnya akhirnya terungkap pada 1979, setelah dinas rahasia Swedia memotret sosok pria misterius yang kemudian diidentifikasi sebagai Wolf.
Salah satu peristiwa besar yang mengguncang Eropa di era 1970-an adalah skandal Guillaume. Günter Guillaume, aset berharga Wolf, berhasil menjadi asisten pribadi Kanselir Willy Brandt sebelum terungkap sebagai mata-mata Jerman Timur. Skandal ini memaksa Brandt mundur, mengangkat reputasi Wolf di kalangan intelijen Barat meski bagi Wolf, itu adalah kegagalan besar karena kehilangan aset berharga.
Kematian adiknya, Konrad Wolf, pada 1982 menjadi salah satu alasan Markus Wolf mengundurkan diri dari HVA pada 1986. Ia ingin melanjutkan impian adiknya menyelesaikan proyek film terakhirnya. Wolf tutup usia pada 9 November 2006 di Berlin, menutup era di mana seorang spymaster mampu memainkan peranan penting seorang diri dalam sebuah organisasi intelijen yang kini semakin birokratis dan terinstitusionalisasi.