HISTORIS.id – Hari ini, Jepang dikenal sebagai raja sepakbola Asia. Mereka langganan Piala Dunia, juara berulang kali di Piala Asia, dan duduk manis di peringkat 15 FIFA—tertinggi di benua kuning. Indonesia? Masih berkutat di posisi 113, berjuang keras di babak kualifikasi Piala Dunia 2026.
Tapi, sejarah mencatat: dulu Jepang pernah jadi bulan-bulanan Timnas Indonesia. Dan bukan sekadar menang tipis—Garuda pernah membantai Samurai Biru dengan skor telak 7-0!
Malam Panas di Ipoh, 11 Agustus 1968
Turnamen Merdeka Games Cup 1968 di Malaysia mempertemukan Indonesia dan Jepang di babak penyisihan Grup A. Stadion Perak, Ipoh, malam itu menjadi saksi bagaimana skuad Garuda benar-benar tampil sebagai “macan Asia”.
Menghadapi pemain Jepang yang bertubuh lebih besar, Indonesia justru tampil lincah, cepat, dan penuh determinasi. Umpan-umpan pendek mengalir rapi. Koji Funamoto, kiper Jepang yang memperkuat skuad Olimpiade mereka, dipaksa jatuh bangun menahan serangan.
Gol pembuka datang dari Jacob Sihasale yang mencetak gol sambil membelakangi gawang. Tak lama kemudian, Surya Lesmana menggandakan keunggulan. Babak pertama ditutup 2-0.
Hujan Gol di Babak Kedua
Begitu babak kedua dimulai, Garuda makin beringas. Sutjipto Suntoro, Abdul Kadir, Iswadi Idris, hingga Sihasale silih berganti mengoyak pertahanan Jepang yang rapuh.
Menit 63, Sutjipto membuat skor 3-0. Dua menit berselang, Abdul Kadir melepaskan tembakan spektakuler dari jarak 27 meter yang tak mampu diantisipasi kiper—4-0.
Jepang frustrasi. Gelandang Takayuki Kuwata bahkan mendapat kartu kuning karena tekel keras. Tapi badai gol belum berhenti. Menit 70 dan 72, Iswadi mencetak dua gol cepat. Menit 74, Sutjipto melengkapi pesta dengan brace.
Peluit akhir berbunyi, skor akhir 7-0 untuk Indonesia. Media Asia heboh. The Straits Times menulis:
“Timnas Indonesia gemar dengan gerakan menyerang cepat dan penjagaan ketat, membuat Jepang tak berpeluang mendekati gawang.”
Garuda yang Ditakuti Asia
Pada dekade 1960-an, Timnas Indonesia benar-benar disegani. Nama-nama seperti Sutjipto Suntoro, Iswadi Idris, Abdul Kadir, dan Jacob Sihasale adalah predator berkelas di kotak penalti lawan.
Di turnamen itu, Indonesia bahkan sempat mengalahkan Korea Selatan 4-2 dan menggulung Taiwan 10-1. Mereka mencetak 29 gol di babak penyisihan—terbanyak dari semua peserta. Sayangnya, langkah Garuda terhenti di semifinal setelah kalah 1-2 dari Myanmar yang bermain ultra-defensif.
Beberapa bulan kemudian, Indonesia membalas dendam di King’s Cup Bangkok dengan menundukkan Myanmar di final dan keluar sebagai juara.
Jepang Bangkit, Indonesia Terlambat Berbenah
Waktu berlalu. Jepang mulai membangun fondasi sepakbolanya sejak 1970-an—dari kompetisi antarsekolah, pembinaan usia muda, hingga liga profesional yang solid. Hasilnya terlihat di dekade 2000-an: mereka mendominasi Asia, bahkan menembus perempat final Piala Dunia 2002.
Indonesia? Jalan terjal masih panjang. Tapi sejarah 7-0 di Ipoh jadi pengingat bahwa Garuda pernah terbang tinggi. Dan siapa tahu, suatu saat nanti, kisah emas itu terulang. (*)